Archive for Pemuda

Israeli troops kill Gaza militant in first truce fatality

Posted in Kematian with tags , , , , , , , , , , , on July 11, 2008 by forthesakeofneverendinglove

by Sakher Abu El Oun Thu Jul 10, 11:30 AM ET

GAZA CITY (AFP) – Israeli troops shot dead an unarmed Palestinian militant on the border in the Gaza Strip Thursday, the first fatality of a fragile three-week-old truce, prompting retaliatory rocket fire.



Thu Jul 10, 11:30 AM ET

The body of Salim Jumaa al-Hamedi, 18, lies at the hospital morgue in Deir al-Balah in the Gaza Strip. Israeli troops shot dead the armed Palestinian militant on the border in the Gaza Strip, the first fatality of a fragile three-week-old truce, prompting retaliatory rocket fire.

(AFP/Mohammed Abed)

Troops “identified a suspicious person crossing the fence from Gaza into Israel near Kissufim. The force called on him to stop and fired warning shots but he did not stop and the soldiers fired at him and killed him,” an army spokesman said.

“When they approached his body they saw he was unarmed,” he said, adding that there had been several attempts by Palestinian militants to plant bombs in the border area.

The Al-Aqsa Martyrs Brigades, an offshoot of Palestinian president Mahmud Abbas’s Fatah party, claimed the man, Salim al-Hamedi, was one of its members.

“We will respond to this crime soon,” it said.

Several hours later, two homemade rockets were fired on southern Israel from Gaza, without any initial report of casualties, the army said.

The Brigades issued a statement claiming responsibility for “firing two rockets on the settlement of Sderot.”

The Israeli “occupation should know that we will continue to respond to Zionist violations (of the treaty), the latest of which was the cold-blooded killing of Salim al-Hamedi,” it said.

It was the first fatality since a truce in and around Hamas-ruled Gaza went into effect on June 19, although both sides have accused each other of violations.

The death brings to 526 people the number of people — nearly all Palestinians and the majority of them Gaza militants — killed since Israeli-Palestinian peace talks resumed in November, according to an AFP count.

Gaza militants fired mortars rounds at Israel on Monday and again on Tuesday, but the rounds did not cause any damage or casualties.

Rockets have now been fired at Israel on five occasions since the start of the truce between Israel and Hamas, the Islamist movement that seized power in Gaza in June last year.

Hamas has insisted it is respecting the Egyptian-mediated truce and doing its best to get other factions in the impoverished Palestinian territory to do the same.

Israel sealed Gaza’s borders on several occasions in response to the attacks, preventing delivery of the already limited quantities of goods allowed into the territory where a majority of the 1.5 million population relies on foreign aid.

Hamas has claimed this in itself was a violation of the truce deal which entailed a gradual easing of the embargo imposed after the Islamists seized power in Gaza.

Before Thursday’s shooting, Palestinian and UN officials also accused Israeli troops of firing into the Gaza Strip on several occasions since the truce came into effect, wounding at least two people.

The Israeli army rejected the claims, saying it fired only warning shots.

Egypt, which acted as go-between in the truce negotiations, is also mediating efforts to reach a prisoner swap deal between Hamas and Israel.

Israel wants the release of Corporal Gilad Shalit, a conscript held by Hamas since his capture in a deadly cross-border raid in June 2006.

The Islamist group is seeking the release of 1,000 Palestinians held in Israeli jails.

http://news.yahoo.com/s/afp/20080710/ts_afp/mideastconflictgaza;_ylt=Av4qdLy9_LfD9fq_ZQCbNbJ34T0D

Pembunuhan Sadis di Pondok Pinang

Posted in Kematian with tags , , , , , , , , , , , , , , on July 11, 2008 by forthesakeofneverendinglove


Ilustrasi

Kamis, 10 Juli 2008 | 19:54 WIB

JAKARTA, KAMIS-Pembunuhan sadis terjadi di Jalan Kartika Pinang RT 14/RW 16, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (10/7) malam. Dua orang tewas diduga menjadi korban perampokan.

“Petugas masih ada di lokasi, Kapolsek, Kanit Serse, belum kembali,” ujar seorang petugas piket Polsek Kebayoran Lama kepada Kompas.com.

Hingga berita ini diturunkan polisi masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Belum diperoleh identitas korban tewas maupun kerugian yang dialami.(ING)


ING

http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/10/19541175/pembunuhan.sadis.di.pondok.pinang

Korban Pembunuhan Pondok Indah Dibawa ke RSCM

Posted in Kematian with tags , , , , , , , , , , , , , , on July 11, 2008 by forthesakeofneverendinglove

Kamis, 10 Juli 2008 | 22:11 WIB

JAKARTA, KAMIS – Rumah tempat terjadinya pembunuhan di Jalan Gedung Pinang SM 16, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis (10/7) malam menjadi tontonan warga. Warga yang menonton proses pengangkutan jenazah, seakan berlomba untuk mencari tempat paling strategis untuk mengambil gambar ataupun hanya sekadar menonton.

Pukul 21.29 WIB, jenazah Winston Renaldy (17) dan Lidwina Ivy (23), telah diberangkatkan menuju ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Namun, belum ada pihak kepolisian yang bisa dimintai keterangan.

Keterangan satu-satunya hanya dari RT setempat, Adi Warsito. Menurut dia, kejadian dimulai saat pembantu korban berteriak kalau ada pembunuhan di tempatnya bekerja.”Waktu itu sekitar jam empatan. Pembantunya teriak-teriak kalau ada pembunuhan. Mendengar teriakan itu, pembantu tetangga korban, Yulis, langsung turun dan ke rumah itu. Saya dan warga langsung ngepung rumahnya, disangka pelaku masih ada di sekitar rumah,” ujarnya kepada wartawan ketika ditemui di TKP.

Adi menuturkan saat itu dia melihat jasad Winston berada di kamar tidur dan Ivy di kamar mandi. Jika dilihat dari bekas darah di lantai, tubuh pelajar SMU Pangudi Luhur itu seperti diseret dari depan kamar menuju ke dalam kamar. Tubuhnya bersimbah darah dengan luka tusuk di dada. “Kalau yang cewek, saya tidak begitu melihat karena saya sibuk mengamankan agar warga tidak merusak TKP. Saya hanya melihat celana pendek garis-garis dan bajunya berdarah,” kata dia.


BOB

http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/10/22111771/korban.pembunuhan.pondok.indah.dibawa.ke.rscm

Detik-detik Terakhir Kematian Pungkas

Posted in Kematian with tags , , , , , , , , , , , , on July 9, 2008 by forthesakeofneverendinglove


DOKUMEN KELUARGA PUNGKAS TRI BARUNO

Rabu, 9 Juli 2008 | 13:40 WIB

JAKARTA, RABU – Pungkas (20), mahasiswa yang tewas seusai menancapkan bendera Indonesia dan tunas kelapa di puncak Gunung McKinley, Amerika Serikat, sempat diberi suntikan dua dosis ephinephrin untuk mencegah cardiac arrest oleh pendamping pendakiannya. Namun, usaha tersebut tidak mampu menyelamatkan nyawanya.

Ia mengembuskan napas terakhir pada Senin (7/7) pukul 20.00 WIB atau 09.40 waktu setempat. Kepada wartawan, Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Azrul Azwar menceritakan kronologi detik-detik terakhir kepergian mahasiswa Mercu Buana tersebut.

Dalam perjalanan turun menuju camp seusai menancapkan bendera, tepatnya pada ketinggian 17.400 kaki, almarhum terduduk dan jatuh pingsan. Saat itu jarak almarhum dengan camp cuma sepuluh menit perjalanan. Almarhum berusaha bangun kembali, tapi lagi-lagi ia terduduk kembali dan jatuh pingsan.

Pendampingnya segera menjemput dan melakukan cardiac pulmonery respiratory (CPR) dan memberikan suntikan dua dosis ephinepherin. Namun, usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Sebelum pendamping membawanya ke tempat yang lebih hangat, jantung Pungkas sudah tidak berdetak lagi. “Jenazah almarhum baru dievakuasi dari lokasi high camp, Rabu (9/7), dengan helikopter menuju Takeetna,” ujar Azrul di Kantor Kwartir Nasional, Rabu.

http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/09/13402816/detik-detik.terakhir.kematian.pungkas

Jenazah Mahasiswa Indonesia di Mount McKinley Belum Bisa Dievakuasi

Posted in Kematian with tags , , , , , , , , , , , , on July 9, 2008 by forthesakeofneverendinglove

Rabu, 9 Juli 2008 | 08:43 WIB

JAKARTA, RABU – Jenazah mahasiswa Indonesia, Pungkas Tri Baruno, yang tewas setelah berhasil mencapai puncak Mount McKinley hingga saat ini belum bisa dievakuasi karena cuaca buruk.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi mengenai tewasnya mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta tersebut. “Kami sudah mendapatkan informasi bahwa yang bersangkutan meninggal pada ketinggian 17.400 kaki, atau sekitar 5.000 meter. Namun, evakuasi belum dilakukan karena cuaca buruk. Bahkan, heli juga tidak berani terbang untuk menjemput. Jadi, evakuasi masih menunggu cuaca yang lebih baik,” kata Faizasyah saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/7) pagi.

KBRI San Fransisco sudah mengirimkan staf ke lokasi kejadian untuk berkoordinasi dalam proses membantu menurunkan jenazah. “Dengan bekerja sama dengan polisi setempat dan juga berkoordinasi dengan anggota tim pendakian,” ujar Faizasyah.

Pungkas tergabung dalam tim Kwarnas Pramuka yang melakukan pendakian di Mount McKinley. Bagaimana dengan prosedur pemulangan jenazah setelah berhasil dievakuasi? “Kasus ini memang agak jarang. Namun, patut dipahami karena Alaska itu terpencil. Walaupun transportasinya baik, tapi kondisi cuaca di sana naik turun. KJRI sudah memproses segala dokumentasinya untuk proses pemulangan jenazah,” kata Faizasyah. (ING)

http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/09/08433845/jenazah.mahasiswa.indonesia.di.mount.mckinley.belum.bisa.dievakuasi

Dua Pengidap AIDS Tewas

Posted in Kematian with tags , , , , , , , , , , , , on July 9, 2008 by forthesakeofneverendinglove

Selasa, 8 Juli 2008 | 08:52 WIB

MALANG – Gondanglegi, Malang, Jawa Timur, lagi kondang. Bukan kondang dalan ke-legi-an atau keharuman, tapi dalam kepahitan. Bayangkan, dalam dua hari dua pengidap HIV/AIDS di kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Malang bagian selatan ini tewas.Sabtu (5/7) siang, pengidap berinisial Hd yang berusia 28 tahun meninggal setelah ditolak berobat di RSUD Kanjuruhan dan RSUD Syaiful Anwar. Makam Hd belum kering, tapi pengidap HIV/AIDS lain berinisial Tn (29) menyusulnya. Tn meninggal di RS dr Soetomo, Surabaya, Senin (7/7) pukul 08.00, setelah menjalani perawatan selama dua minggu.

Kemarin siang, jenazah Tn diambil keluarganya dan tiba di Gondanglegi pukul 17.30. Setelah dimandikan dan dishalatkan, malam itu juga Tn dimakamkan di pemakaman umum desanya, seperti para ODA (orang dengan AIDS) lainnya termasuk Hd. Rumah Tn dan Hd hanya berjarak 300 meter, terletak di Desa Gondanglegi Wetan, Kecamatan Gondanglegi.

Gondanglegi dikenal sebagai daerah religius. Di sini banyak sekolah berbasis agama, mulai dari madrasah ibtidaiyah hingga madrasah aliyah. Banyak juga pondok pesantren (ponpes). Rata-rata di setiap desa berdiri dua sampai tiga ponpes. Menginjak tahun 2000, kecamatan yang memiliki dua kelurahan dan 13 desa ini mendapatkan predikat baru: kota narkoba. Narkoba inilah yang mengantar Gondanglegi menjadi kondang sebagai salah satu gudang pengidap HIV/AIDS.

Sejumlah aktivis LSM yang menggeluti kasus HIV/AIDS memperkirakan, pengguna dan pengedar narkoba dari Gondanglegi mendominasi kasus narkoba di wilayah hukum Polres Malang dan Polresta Malang. “Kejayaan” kasus narkoba Gondanglegi terjadi pada kurun waktu 1999-2004. Kala itu tak hanya anak muda, orang tua termasuk ibu rumah tangga pun terjerat narkoba.

“Kita baru sadar setelah banyak pemakai narkoba dinyatakan positif HIV/AIDS,” kata anggota tim relawan Klinik Voluntary Cost Testing (VCT) Puskemas Gondanglegi, M Arifin alias Apeng, Senin.

Menurut Apeng, mantan pengguna narkoba jenis heroin suntik ini, saat ini sekitar 350 pengidap HIV/AIDS dibina VCT. Jumlah ini yang terdeteksi setelah mereka mau berobat dan diberi pengertian oleh tim VCT. Jumlah pengidap atau ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang enggan atau malu mencapai puluhan. Mereka berada di Gondanglegi dan sekitarnya, seperti Pagelaran, Dampit, dan Turen. Usia mereka berkisar 20 sampai 30 tahun.

“Mereka enggan berobat karena malu dan tak punya biaya sebab untuk sekali berobat saja minimal menghabiskan dana Rp 1,2 juta. Apalagi saat ini mereka banyak yang ditolak rumah sakit dengan alasan namanya tak masuk daftar di Pemkab Malang sehingga tak bisa dilayani dengan Askeskin (Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin). Kami sedang memperjuangkan agar para ODHA mendapat kemudahan layanan di RS,” ujar Apeng.

Didampingi tim VCT lainnya, Rama Rifa`an alias Temu, Apeng menjelaskan, di antara 350 pengidap HIV/AIDS itu puluhan pasien cukup mengenaskan karena sudah mencapai stadium 3. Itu artinya, usia mereka tinggal menghitung hari jika tak segera diobatkan. Lihat saja pasien berinisial Sgt yang dirawat di rumahnya, seperti terlihat di Surya edisi Senin. Sgt, Hd, atau Wyd bisa jadi representasi pengidap HIV/AIDS di Gondanglegi yang tipikal: miskin.

Ibunda Sgt berjualan kayu bakar, sementara ibu Wyd tak kuat lagi bekerja karena telah berusia 72 tahun. “Jangankan berobat, untuk makan sehari-hari saja kami kesulitan. Saya pinjam ke bank titil. Tiap hari kami harus mengangsur pinjaman di tiga bank titik,” ujar ibu Wyd yang selama ini tak pernah mendapat BLT.

Dengan suara lemah, Wyd yang lulusan SMP menjelaskan bahwa kondisinya lebih baik, terutama setelah dia berobat di RSSA Malang. Dulu setiap hari ia tak sadarkan diri. Bintik-bintik hitam di kulitnya pun mulai mengelupas seperti ular yang berganti kulit.

Wyd khawatir, kondisinya memburuk lagi karena ia tak bisa berobat lagi lewat Askeskin. Wyd terkena HIV/AIDS lewat suntikan heroin. Ia terjerat kasus ini tahun 1999 hingga 2002 bersama teman-temannya sekampung. Di wilayah pelosok ini Wyd bisa mendapatkan barang haram dengan harga Rp 25.000 per paket.

Nah, jika tak punya uang, ia terpaksa nebeng. Artinya, satu jarum dipakai dua atau tiga orang. Ini disebut paket murah. Dan itulah awal petaka. Jarum suntik itulah yang akhirnya menggerogoti tingkat kekebalan tubuh Wyd. Sekarang ini Wyd merasakan penyesalan yang luar biasa.

Menurut Apeng, dalam kurun waktu 2004-2008, pengidap HIV/AIDS di Gondanglegi yang tewas mencapai 30 orang. Apeng memperkirakan, di Desa Gondanglegi Wetan dan Kulon saja terdapat 70 pengidap HIV/AIDS. Itu belum termasuk pasien yang tak terdeteksi. “Gara-gara Gondanglegi sering diberitakan, kami sering kedatangan tamu asing, di antaranya Jepang,” tutur Apeng.

Data di Puskemas Gondanglegi menunjukkan, terdapat 365 pemakai narkoba yang aktif berobat ke puskemas. Untuk ODHA se-Kabupaten Malang jumlahnya 537 orang. “Dari jumlah itu, yang berobat di RS 37 orang,” kata dr H Rosihan Anwar, Kepala Puskesmas Gondanglegi. (st12)

 

 

http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/08/08520429/dua.pengidap.aids.tewas.

Grand Indonesia Makan Korban Lagi, Pekerja Tewas Jatuh dari Lift

Posted in Kematian with tags , , , , , , , , , , , , on July 9, 2008 by forthesakeofneverendinglove

SUARA PEMBARUAN DAILY


[JAKARTA] Seorang pria Yusron Prastyo (25) terjatuh dari lift di proyek Grand Indonesia Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/7) sekitar pukul 19.05 WIB. Korban sempat dilarikan ke RS Pelni, namun akhirnya meninggal dunia pada pukul 21.23 WIB. Jenazah korban langsung dilarikan ke Kamar Mayat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Berdasarkan informasi yang himpun di RSCM, korban adalah warga Cipinang Muara RT 4 RW 8, Jatinegara, Jakarta Timur. Dia diduga terjatuh pada saat memeriksa lift itu. Jenasah diambil pihak keluarga, Selasa (8/7) pagi.

Di lokasi kejadian, tidak seorang pun petugas Grand Indonesia yang mau memberikan keterangan soal peristiwa itu. Bahkan, beberapa petugas mengusir SP saat ingin mewawancarai. “Tidak ada itu, tidak ada,” ujar seorang petugas yang terlihat ingin menutup-nutupi kejadian itu. Namun, di lantai bawah ada garis polisi (police line) berwarna kuning.

Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Heru Winarko membenarkan adanya peristiwa itu. Dikatakan, hingga kini pihaknya masih menyelidiki peristiwa tersebut.

Kejadian yang menimpa Yusron menambah panjang peristiwa kecelakaan di proyek Grand Indonesia. Berdasarkan catatan SP, sebelumnya pada 17 April 2008, sebagian lantai dasar Hotel Grand Indonesia, terbakar. Satu orang mengalami luka bakar.

Lalu 13 Juni 2007, dua pekerja bangunan yakni Rumain (22) dan Muslih (27), terluka parah akibat terkena tumpukan besi yang terlepas dari kaitan crane di proyek Grand Indonesia di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. [RPS/RBW/G-5]


Last modified: 8/7/08

http://www.suarapembaruan.com/News/2008/07/08/index.html